Kamis, 22 Mei 2008

Sejarah Sultan Asahan

Sultan Asahan Pertama

Pada tahun 1612, armada tentara Aceh yang dipimpin Sultan Iskandar Muda yang juga dikenal sebagai Sultan Alaiddin Mahkota Alam Johan Berdaulat (Sultan Alaiddin Riyatsyah I Al Qahhar) ketika hendak
menyerang Johor Malaka, singgah ke sebuah daerah yang letaknya di Teluk Piai sebelum meneruskan perjalanannya.

Sesampainya di daerah ini, mereka melihat tidak ada tanda-tanda kehidupan, kecuali darisungai yang mengalir dari pedalaman banyak sabut kelapa dan kayu potongan.Sultan Iskandar Muda berpikir, pasti ada manusia di dalamnya. Diutuslah panglima beserta anak buahnya untuk menelusuri datangnya
sampah ini lebih ke dalam.

Ternyata di Kampung Tualang di pedalaman, banyak terdapat manusia di antaranya seorang gadis cantik bernama Putri Siti Ungu alias Putri Berinai.Mendengar adanya kehidupan manusia di pedalaman, Sultan Iskandar Muda ingin bertemu dengan penguasa daerah itu yang dipimpin seorang wanita bernama Raja Margolang.

Setelah diberitahukan maksud Sultan Aceh ini oleh panglimanya, maka Raja Margolang mengutus penasihatnya bernama Karo-karo atau Sibayak Lingga yang dikenal sangat pintar berbahasa Melayu. Pada saat itu, Sultan meminta kepada Karo-karo atau Sibayak Lingga untuk membangun sebuah negeri terletak di antara tepi Sungai Asahan dan Sungai Silau.

Setelah itu, Sultan Aceh pun pulang ke negerinya sambil membawa Putri Siti Ungu menjadi istrinya.Beberapa lama diperistri Sultan Iskandar Muda, maka Putri Ungu pun hamil anak pertama.

Tetapi atas kesepakatan bersama, Karo-karo diutus untuk menjemput Putri Ungu pulang kembali ke kampung halamannya di Panai. Setelah diutarakan oleh Karo-karo, maka Sultan Aceh ini menyetujuinya dengan syarat, kalau lahir anak laki-laki, dialah harus menjadi sultan di Asahan dan setelah itu Karo-karo
atau Sibayak Lingga boleh memperistrikan Putri Ungu.

Setelah lahir anak laki-laki diberi nama Abdul Jalil yang akhirnya ditabalkan menjadi Sultan Asahan pertama oleh ayahnya sendiri Sultan Iskandar muda pada tahun 1630 di sebuah balai di ujung tanjung antara Sei Asahan dengan Sei Silau ,yang dikenal sekarang ini dengan Tanjungbalai.

Beberapa tahun kemudian, Siti Ungu menikah lagi dengan Karo karo yang setelah masuk islam diberi gelar Raja Bolon dan memperolah seorang Putera yang bernama Raja Abdul Karim yang digelar dengan Bangsawan "Bahu Kanan". Tak berapa lama kemudian Raja Bolon menikah lagi dengan Puteri Raja Simargolang dan memperoleh dua orang Putera yaitu Abdul Samad dan Abdul Kahar yang bergelah Bangsawan " Bahu Kiri ".

Setelah Raja Bolon meninggal terjadi perselisihan antara Sultan Abdul Jalil dengan Raja Simargolang karena mengangkat kedua cucunya tersebut menjadi raja di Kota Bayu dan Tanjung Pati. Sultan Abdul Jalil terpaksa mengundurkan diri ke Hulu Batu Bara dan meminta bantuan ayahnya Sulatan Aceh.

Akhirnya dengan bantuan Sultan Aceh Raja Simargolang dapat dikalahkan dan dipaksa untuk membuat perjanjian damai dan pada saat itu pula Anak Sakmadiraja dinobatkan menjadi Bendahara di Kerajaan Asahan.

Sultan Abdul Jalil menikah dengan Puteri dari Sakmadiraja ( Bendahara ) yang bernama Aminah dan dikaruniai 5 (lima) orang putera yaitu : Sultan Said Syah yang menjadi Sultan Asahan kedua , Raja Paduka, Raja Busu, Raja Marsyah dan Raja Huma. Dan beliau meninggal di Pangkalan Sitarak.

Sampai dengan saat ini Kerajaan Asahan telah memiliki 12 orang Sultan yang dihitung menurut Silsilah dan keturunan Raja - raja Asahan, antara lain :
1. Sultan Abdul Jalil (1630-...)
2. Sultan Saidisyah (16..-17..)
3. Sultan Muhammad Rumsyah (17..-1760)
4. Sultan Abdul Jalil Syah II (1760-1765)
5. Sultan Dewa Syah (1765 – 1805)
6. Sultan Musa Syah (1805 – 1808)
7. Sultan Muhammad Ali Syah (1808 – 1813)
8. Sultan Muhammad Hussein Syah. (1813-1859)
9. Sultan Ahmad Syah 1859-1888)
10. Sultan Muhammad Husein Syah II (1888-1915)
11. Sultan Saibun Abdul Jalil Rahmatsyah (1933-1980)
12. Sultan Kamal Abraham Abdul Jalil Rahmatsyah (1980 s/d sekarang)